Showing posts with label Fiksi. Show all posts
Showing posts with label Fiksi. Show all posts

Monday, April 1, 2019

"Buku Penuh Berkah"


Buku Antologi Cerita Anak

"Buku Penuh Berkah"

Alhamdulillah...
Maret berlalu dengan penuh hikmah
Tinggalkan pesan untuk tak ragu melangkah
Mantapkan hati untuk (hanya) menggapai ridho Allah

Alhamdulillah...
April datang dengan rizki melimpah
Hadirkan cinta tulus dalam bingkai ukhuwah
Benamkan jiwa dalam indahnya tawakkal alallah

Wahai sahabat sholihah
Menjelang datangnya bulan penuh berkah
Mari upayakan segala lelah yang hadir menjadi lillah
Penuhi semua jatah waktu dengan sebaik-baiknya ibadah
Menebar lebih banyak manfaat dan lazimkan diri bersedekah

Malang, 1 April 2019


###

Sebuah puisi saya selesaikan beberapa jam yang lalu. Terinspirasi dari beberapa kejadian yang saya alami dalam sepekan ini. Rasanya tidak ada yang pantas saya ucapkan selain sebanyak-banyaknya ungkapan syukur atas apa yang terjadi.

Dipertemukan kembali dengan sahabat-sahabat lama dan dikumpulkan dengan mereka dalam satu majelis ilmu, sungguh suatu nikmat tak terkira. Sebuah perbincangan ringan saat bertemu yang membuahkan satu simpul yang bermuara pada keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Bertemu dengan saudara dan teman baru menjadi keuntungan lain yang semuanya itu merupakan nikmat tak terhingga dari Allah.

Ya, begitulah! Selalu ada hikmah dari tiap kejadian. Saat tak sengaja bertemu sahabat lama, berasa bahwa Allah sengaja mengirimkannya untuk mendengarkan "keluh kesah" saya. Ketika ada sahabat yang tiba-tiba menghubungi dan bertanya kabar setelah sekian lama, berasa bahwa Allah sengaja mengirimkannya sebagai (salah satu) jalan pembuka pintu rizki. Bahkan pertemuan dengan beberapa orang lainnya yang tak pernah saya duga sebelumnya. 

Bismillahi tawakkaltu alallah...

Ketika semua sudah kita pasrahkan kepada Allah, niat lillah mengiringi setiap langkah, insyaAllah, solusi dari tiap permasalahan akan Allah turunkan untuk kita. Suatu keadaan yang jika kita mengalaminya seharusnya bisa membuat kita belajar untuk tetap tegak melangkah di atas jalan kebenaran dan untuk memelihara niat dalam rangka menggapai ridho-Nya.

Tak hanya beberapa pertemuan (tak disengaja) yang meninggalkan hikmah mendalam, akhir bulan Maret kemarin saya juga mendapat kabar tentang terbitnya satu lagi buku antologi yang memuat karya saya. Buku yang memang sejak awal penggarapannya diniatkan sebagai salah satu buku yang diharapkan bisa memberikan manfaat dan bekal menyambut bulan suci ramadhan.

Buku berjudul "Ramadhan Berkah Ala Rasulullah" ini berisi kumpulan cerita anak. Masing-masing ceritanya memuat satu amalan ramadhan sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dulu pernah mengajarkan dan mencontohkannya. Amalan-amalan yang biasa dilakukan selama bulan ramadhan sudah sangat umum dan banyak orang mengetahuinya. Namun apakah amalan-amalan itu sudah sesuai dengan sunnah alias sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Jawabannya bisa ditemukan dalam buku ini.

Meski buku ini di-setting sebagai cerita anak, namun nilai-nilai dan pesan-pesan sunnah ramadhan yang ada di dalamnya menjadikan buku ini cocok untuk dibaca oleh semua umur. Jadi buku ini sangat cocok untuk dijadikan koleksi buku-buku yang kita miliki, terlebih menjadikannya sebagai koleksi buku bacaan anak-anak. Atau menjadikan buku ini sebagai amal jariyah dengan menyedekahkannya kepada anak-anak yang membutuhkan.

Kehadiran buku ini yang bersamaan dengan pertemuan-pertemuan beruntun saya dengan beberapa orang sahabat dan waktunya yang memang mendekati bulan suci ramadhan, semoga menjadikan buku ini sebagai "Buku Penuh Berkah".

Sungguh, pertemuan-pertemuan dengan saudara se-Iman yang bisa membangkitkan gairah keimanan dan amal sholih, merupakan nikmat yang tidak terkira dari Allah. Kenikmatan yang bahkan bisa lebih bernilai dari sekadar materi. Maka jangan pernah sia-siakan nikmat dari Allah berupa teman-teman yang sholih dan sholihah. 

Sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang Allah berikan, sudah sepantasnya kita bersyukur dengan banyak-banyak memuji-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. 


#SemingguTigaPostingan
#day13

Saturday, May 7, 2016

Hadiah Untuk Kakek (bagian 3)

Ringkasan cerita sebelumnya:
Kecanduan Zahra bermain kartu rupanya makin parah. Namun saat pulang sekolah Zahra nampak kebingungan, karena kartu-kartunya yang tidak terhitung banyaknya itu, semuanya lenyap tak berbekas.


Setelah Zahra yakin kartu-kartunya benar-benar tidak ada, dia hanya bisa terduduk pasrah. Alih-alih bertanya pada ibu, bercerita saja dia tidak berani. "Ibu pasti tahu apa yang terjadi dengan kartu-kartu itu," bisik Zahra dalam hati.

Ibu memang sudah berkali-kali mengingatkan Zahra untuk tidak melupakan tugas dan kewajibannya. Ibu sama sekali tidak melarang Zahra untuk bermain. Ibu hanya ingin agar Zahra bisa membagi waktu dengan baik. Dan ibu memang sempat mengancam untuk membuang semua kartu Zahra jika nasihat ibu tidak dia laksanakan.

Seolah menyadari kesalahannya, Zahra mulai melakukan apa yang biasa dia lakukan saat pulang sekolah. Dia pun melepas baju seragam yang dipakainya. Karena tidak ada lagi kartu-kartu yang bisa dimainkan, Zahra memilih untuk merebahkan tubuhnya di kasur. Beberapa saat kemudian, dia pun tertidur lelap.

~~~

"Zahra, bangun. Sudah sore," kata ibu sambil membelai kepala Zahra lembut.
"Ibu membuat puding kesukaanmu," sambung ibu lagi.

Zahra pun langsung terbangun dan bermaksud untuk mencicipinya. Tapi ibu mencegah dan menyuruh Zahra untuk mandi terlebih dahulu.

"Setelah mandi, antarkan sebagian puding itu untuk kakek, ya," kata ibu lagi.

"Baiklah, Bu," jawab Zahra senang.
"Aku boleh menemani kakek makan puding, tidak?" Tanya Zahra.

"Tentu saja boleh, anak bunda yang sholihah," jawab ibu sambil tersenyum.

~~~

Setelah mandi sore, Zahra langsung ke rumah kakek dengan membawa beberapa porsi puding kesukaannya. Selain untuk menemani kakek makan, ada yang ingin Zahra tanyakan pada kakeknya. Karenanya kesempatan bersama kakek kali ini, tidak dia sia-siakan.

"Kakek, adakah makanan yang belum pernah kakek cicipin?" Tanya Zahra dengan mimik serius.

Kakek pun tertawa, dan bertanya kembali, "Memangnya kenapa, Zahra?"

"Aku ingin membawakan kakek makanan yang belum pernah kakek makan," jawab Zahra begitu polos.

"Terima kasih, cucu kakek yang cantik," kata kakek sambil mencium pipi Zahra. "Zahra boleh membawakan kakek apa saja yang Zahra mau," sambung kakek lagi.

"Baiklah, Kek. Aku akan bawakan kakek sesuatu yang belum pernah kakek makan," ucap Zahra yakin.

~~~

Malam ini Zahra senang sekali karena bisa bertemu ayahnya. Mumpung ayah lagi di rumah, ada hal penting yang ingin ditanyakan Zahra kepada ayahnya. Sebelum ayahnya kembali bekerja ke luar kota dan baru akan kembali paling cepat dua minggu berikutnya. Zahra pun segera mengutarakan keinginannya.

"Ayah, kalau semester ini aku bisa ranking satu, aku boleh minta hadiah?" Tanya Zahra kepada ayahnya.

"Tentu saja boleh, Sayang," jawab ayah. "Mau minta hadiah apa sih?" Tanya ayah.

"Hmm, apa ya? Nanti deh, Ayah. Kalau aku sudah yakin dengan hadiahnya, aku akan sampaikan pada ayah," jawab Zahra membuat ayahnya penasaran.


(bersambung)

#OneDayOnePost
#48

Friday, May 6, 2016

Hadiah Untuk Kakek (bagian 2)

Ringkasan cerita sebelumnya:
Zahra yang sedang kecanduan bermain kartu, pamit kepada ibu untuk bermain di rumah kakek. Ibu berpesan agar dia kembali sebelum maghrib. Tapi hingga azan maghrib berkumandang, dia belum juga pulang.


Seusai sholat maghrib, ibu bermaksud menjemput Zahra ke rumah kakek. Tapi ternyata kakek sudah lebih dulu datang bersama Zahra.

"Langsung mandi, Zahra," kata kakek begitu Zahra masuk rumah.

Sementara Zahra mandi, kakek menjelaskan kepada ibu kalau Zahra baru saja pulang dari bermain di rumah temannya. Rumah temannya kebetulan dekat dengan rumah kakek. Setelah menyerahkan singkong rebus, Zahra pamit kepada kakeknya untuk bermain. Tadinya kakek mengira kalau Zahra langsung pulang ke rumah. Ternyata selepas azan maghrib dia baru kembali.

Sebelum pamit pulang, tidak lupa kakek berpesan kepada ibu agar tidak memarahi Zahra karena perbuatannya hari ini. Kakek memang sangat menyayangi Zahra.

~~~

"Bu, kakek nggak dimasakin singkong rebus lagi?" Tanya Zahra.

"Kenapa? Zahra kangen sama kakek, ya? Zahra tidak harus membawa singkong rebus kalau mau ketemu kakek. Sepertinya semalam ayah bawa brownies kukus. Itu juga bisa Zahra bawa sebagai oleh-oleh untuk kakek," kata ibu menjelaskan dengan panjang lebar.

"Kalau kakek tidak suka, bagaimana?" Tanya Zahra lagi.

"Ya, pasti suka lah. Kakek itu tidak suka pilih-pilih makanan. Apa yang tersedia di meja, pasti kakek makan," jawab ibu.

Mendengar penjelasan ibu, Zahra membayangkan, "kalau aku bawakan Pizza atau Burger, kira-kira kakek mau makan nggak ya?"

"Baiklah, Bu. Zahra bawa browniesnya buat kakek, ya," ucap Zahra kemudian sambil tersenyum.

"Boleh," jawab ibu yang langsung menuju meja untuk mengambilkan beberapa potong brownies untuk kakek.

~~~

Suatu hari, "Kartu-kartuku dimana, ya?" bisik Zahra dalam hati. Dia baru saja datang dari sekolah dan belum ganti baju. Dan biasanya dia tidak akan ganti baju sebelum ibu akhirnya mengingatkan. Kecanduan Zahra terhadap kartu-kartu itu rupanya mulai parah. Membuat dia lupa akan tugas-tugas yang sebelumnya sudah rutin dia kerjakan.

Zahra masih terlihat bingung mencari kartu-kartunya di antara tumpukan buku-buku yang ada di lemari meja belajar. Dia mengulang-ulang pencariannya hingga dua dan tiga kali, namun tak juga ditemukan.


(bersambung)

#OneDayOnePost
#47

Thursday, May 5, 2016

Hadiah Untuk Kakek (bagian 1)

Zahra dikenal sebagai anak yang pintar. Sejak kelas satu hingga kelas tiga, dia selalu ranking satu. Namun Zahra tetaplah seorang anak kecil. Dia juga suka bermain seperti anak kebanyakan. Dan keasyikannya bermain mulai mengganggu aktivitas belajarnya. Tidak hanya itu, Zahra juga jadi sering terlambat pulang dan lupa makan.

~~~

"Zahra, bermainnya sudah yuk. Sekarang mandi, lalu siapkan buku untuk besok," kata ibu suatu hari.

"Iya, Bu," jawab Zahra selalu dan selalu begitu. Namun tidak jarang itu hanya di bibir saja, karena Zahra kembali melanjutkan bermainnya. Bermain kartu memang mengasyikkan dan tak pernah merasa puas. Padahal kartu yang Zahra miliki sudah sangat banyak. Begitu banyaknya hingga tak terhitung lagi.

"Zahra, sudah hampir maghrib, waktunya pulang!" Ibu berkata dengan setengah berteriak.
"Ibu tunggu sampai hitungan kesepuluh," sambung ibu lagi.

Mendapat peringatan seperti itu, Zahra cepat-cepat membereskan kartunya yang berserakan. Dia tahu betul ancaman yang menunggu di balik peringatan ibunya. Meski ibu tidak mungkin memukulnya, Zahra tidak mau mainan kesukaannya disita ibu.

Begitulah yang dikerjakan Zahra dari ke hari. Sejak kelas empat, dia mulai kecanduan bermain kartu, yang memang lagi musim itu. Tapi ibu tidak pernah bosan untuk selalu memanggil Zahra di jam-jam seharusnya dia sudah masuk rumah.

~~~

"Bu, aku main di rumah kakek, ya?" Tanya Zahra.

Zahra sudah biasa ke rumah kakeknya sendirian. Jarak rumah kakek cukup dekat, hanya beberapa blok saja dari rumah Zahra.

"Iya, boleh. Sekalian ibu titip singkong rebus buat kakek," jawab ibu sambil menyerahkan rantang kecil berisi singkong rebus.

Ibu memang tidak pernah melarang Zahra pergi ke rumah kakeknya, meski pun ibu tahu, itu hanya akal-akalan Zahra agar dia bisa lebih bebas bermain tanpa terganggu panggilan ibu yang menyuruhnya pulang.

"Kakek suka sekali singkong rebus, ya, Bu?" Tanya Zahra serius.

"Betul!" Kata ibu sembari menyentil hidung Zahra. "Singkong rebus adalah makanan kesukaan kakek. Kata kakek, makanan itu mengingatkan kakek pada masa-masa kemerdekaan dulu," tutur ibu menjelaskan.

"Oya, nanti sebelum maghrib sudah di rumah, ya," kata ibu lagi.

"Iya, Bu," jawab Zahra.

~~~

Azan maghrib sudah berkumandang, tapi Zahra belum juga pulang. Ibu mulai bertanya-tanya dalam hati. Tidak biasanya hal itu terjadi.


(bersambung)


#OneDayOnePost
#46

Friday, April 29, 2016

Azan, Ma

Repost!

Ini hari minggu. Mama mengajak Zahra ke pasar minggu, yaitu pasar yang hanya ada pada hari minggu saja. Tepat di sebelah pintu keluar-masuk pasar minggu itu, ada seorang laki-laki tua yang hanya punya satu tangan, sedang meminta-minta kepada pengunjung pasar. Setelah membeli beberapa kebutuhan dan jajanan sehat buat Zahra, Mama mengajak Zahra pulang. Sampai di pintu pasar, Zahra berhenti dan menoleh pada Mama.
“Ma, boleh minta uangnya? Untuk kakek tua itu?”, tanya Zahra.
“Boleh sekali, Sayang? Nih, berikan pada kakek itu, ya...?”, jawab Mama sambil menyodorkan uang kepada Zahra. Lalu mereka pulang. Di jalan, Zahra melihat seorang laki-laki yang berjalan dengan bantuan sebuah tongkat. Zahra terus memperhatikan dan seperti sedang mencari sesuatu dari orang itu.
Setiba di rumah, Zahra langsung bertanya pada Mama, “Ma, kakek yang di pasar tadi, tangannya kemana ya?”
“Wah, kita tadi tidak menanyakan itu, ya, Sayang? Mungkin Allah memang tidak memberinya tangan. Atau mungkin Allah sudah memberinya, tapi kemudian Allah mengambilnya lagi. Kira-kira yang benar yang mana, ya?”, papar Mama yang ditutup dengan pertanyaan untuk Zahra.
“Berarti, Ohm yang berjalan pakai tongkat di jalan tadi juga tidak diberi kaki oleh Allah, Ma? Atau, sudah Allah beri, tapi Allah mengambilnya lagi!”, kata Zahra. Dia tidak menjawab pertanyaan terakhir Mama. Zahra justru menyimpulkan sendiri kenapa laki-laki yang dilihatnya di jalan itu tidak punya kaki dan berjalan menggunakan tongkat.
“Ma, aku main dulu, ya...?”, ujar Zahra sebelum Mama menanggapi pernyataannya. Zahra tidak lagi menanyakan perihal dua laki-laki yang dilihatnya di pasar dan di jalan itu. Zahra seolah-olah sudah mendapat jawaban dari pertanyaannya.
“Iya, Sayang... Kembali sebelum waktu makan siang, ya...?”, jawab Mama yang tak lupa menyampaikan pesan sebelum Zahra pergi.

...
“Sudah azan, aku pulang dulu, ya...”, ucap Zahra kepada Bagas.
“Memangnya kalau azan harus pulang, ya?”, tanya Bagas.
“Ya, iya. Mama pasti sudah menunggu aku untuk sholat. Aku juga sudah lapar. Aku mau makan.”, jawab Zahra.
“Sholat??? Ngapain susah-susah sholat? Memangnya habis sholat kamu dapat apa?”, tanya Bagas sedikit ketus.
Beberapa saat, Zahra terlihat berpikir. Tapi kemudian dia pamit lagi untuk pulang.

...
“Sayang..., azan..., TV-nya matikan dulu. Sholat yuk...!”, seru Mama sembari meninggalkan dapur dan menuju musholla, yaitu ruangan kecil yang ada di salah satu sudut rumah Zahra.
“Tanggung, Ma. Bentaaar aja!”, jawab Zahra sambil dia bangkit dari duduknya dan memilih untuk meneruskan nontonnya dengan berdiri.
“Sayang..., lupa ya...?”, seru Mama lagi yang sudah berada di musholla.
“Iya, Ma...!”, jawab Zahra yang segera mematikan TV dan lari ke kamar mandi untuk berwudu.

...
“Ma, kenapa sih, kita mesti sholat?”, tanya Zahra yang sedang bersiap untuk tidur pada suatu malam. Usia Zahra memang masih 6 tahun. Kadangkala dia juga suka mogok tidak mau sholat, dengan alasan capek. Namun tidak terlalu susah juga untuk mengajaknya sholat. Dengan sedikit rayuan, Zahra pasti mau diajak sholat.
“Zahra masih ingat kan, siapa yang menciptakan kita?”, tanya Mama pelan.
“Allah, kan, Ma!”, jawab Zahra mantap.
“Trus yang memberi kita mata, mulut, telinga, hidung, tangan, dan kaki, siapa?”, tanya Mama lagi.
“Ya, Allah juga, Ma? Kalau Allah gak ngasih zahra mata, nanti zahra gak bisa melihat, dong, Ma!”, jawab Zahra.
“Nah, sholat itu sebagai bentuk syukur kita kepada Allah yang sudah memberi kita mata, mulut, tangan, kaki dan yang lain-lain juga... Coba, bagaimana kalau Allah tidak memberi tangan atau mengambil tangan Zahra?” Mama memberi penjelasan sambil menatap Zahra dengan lembut.
“Allah bisa mengambil tangan Zahra juga, Ma???”, tanya Zahra.
“Allah bisa menciptakan kita. Allah memberi apa yang kita butuhkan. Allah juga bisa mengambil semua pemberian-Nya dengan mudah, Sayang... Zahra ingat, kakek yang kita lihat di pasar tempo hari? Bukannya dia tidak punya tangan? Nah, kita yang diberi tangan sudah sepatutnya berterima kasih kepada Allah. Salah satunya dengan sholat. Karena Allah senang sekali kalau melihat Zahra sholat. ”, kata Mama sambil tetap menatap Zahra dan membelai rambutnya.
“Oh, gitu ya, Ma?”, jawab Zahra sambil menguap.
“Nah..., Zahra sudah mengantuk. Sebelum tidur, kita berdoa dulu, yuk.”

...
Sore itu, Mama mengajak Zahra menjenguk Bagas ke rumah sakit. Namun Bagas sepertinya sedang tidur, jadi Zahra tidak bisa menyapanya. Setelah Mama berbincang sebentar dengan orang tua Bagas, Mama mengajak Zahra pulang.
Sampai di rumah, Zahra bertanya kepada Mama, “Mama, kaki Bagas tadi itu diapain, Ma?”
“Diperban, Sayang... Kaki Bagas patah, setelah dia jatuh dari pohon kelengkeng di depan rumahnya. Makanya, Zahra kalau main hati-hati, ya?”, jawab Mama.
“Kasihan Bagas. Coba Bagas mau mau berterima kasih pada Allah. Pasti Allah tidak akan mengambil kakinya.”, ucap Zahra.
“Kenapa Zahra bilang begitu?”, tanya Mama.
“Iya, Ma. Bagas kan tidak pernah sholat? Berarti dia tidak bersyukur kan, Ma?”, jawab Zahra.
“Ma, azan... Ayo sholat, Ma. Zahra tidak mau Allah mengambil kaki Zahra.”, sambung Zahra sambil bergegas menuju kamar mandi untuk berwudu.

 ~~~ end ~~~
 
 
Special for: 
#OneDayOnePost

Thursday, April 21, 2016

Janji Cinta


Malam ini hujan kembali turun ke bumi
Tapi aku tak beringsut dari sebuah janji
Meski jalan penuh lumpur harus kulalui
Demi sebuah cinta, semua aku lewati

Lihatlah di sana, sang pujaan hati
Dengan seulas senyum dia menanti
Meski di langit tak ada bintang menghiasi
Dia begitu yakin esok akan tetap ada mentari

Begitu indah cinta yang telah terpatri
Menyatukan banyak perbedaan dua hati
Tak ada aral yang mampu menghalangi
Cinta telah terlanjur menetap dan terkunci

Dalam pertemuan cinta bersemi
Hadirkan kisah romansa abadi
Dalam perpisahan cinta teruji
Hadirkan rindu yang tiada bertepi


Pamulang, 21 April 2016, 23.40 WIB
*dalam lumpur, bintang, kunci, dan rindu

#OneDayOnePost
#39

Saturday, April 16, 2016

Antara Mata, Pikiran, dan Hati


Ketika penerjemah cahaya tak bisa lagi diajak kompromi
Tuts keyboard terlihat menari-nari di antara sela-sela jari
Ada kalanya ujung jari tiba-tiba berhenti dan tak kembali
Menampilkan satu huruf di layar yang muncul ribuan kali
Bersamaan dengan kepala yang makin tertunduk menepi
Sejatinya itu adalah tanda telah tiba waktunya mengakhiri
Tapi panggilan jiwa menyuruh untuk tidak dulu berhenti

Bukan masalah meski kepala harus tertunduk beberapa kali
Bangkit dan kembali bangkit lagi memainkan jari jemari
Walau terkadang otak sudah tak ingat apa yang tadi dimulai
Kepala selalu saja bangkit untuk memulai dari awal lagi dan lagi
Memilah dan memilih lagi isi pikiran yang sejalan dengan hati
Menuangkannya dalam rangkaian kata yang kadang susah dimengerti
Asalkan hati puas, pikiran jadi tenang, yang lainnya urusan nanti

Akhirnya tiba juga waktunya berkata dalam hati
Alhamdulillah, sudah cukup untuk hari ini
Besok atau lusa bisa dilanjutkan lagi
Sekarang waktunya untuk bermimpi


Pamulang, 16 April 2016
#kantuk tak tertahankan

#OneDayOnePost
#17

Thursday, April 14, 2016

Dia Pasti Datang


Dia memang misteri dan akan selalu jadi rahasia
Dia bisa datang begitu cepat dan tiba-tiba
Tanpa memandang paruh masa dan rentang usia
Tanpa menimbang lagi bagaimana kondisi raga
Bahkan tanpa sebab yang bisa dinalar logika

Dia memang misteri dan akan selalu jadi rahasia
Dia bisa datang perlahan hingga tiada terasa
Hingga beberapa orang kadang tak menyadarinya
Dan banyak dari mereka yang merasa terpedaya
Kecuali sebagian kecil saja yang tetap waspada

Dia memang misteri dan akan selalu jadi rahasia
Dia bisa datang karena sebab yang tak terduga
Sebuah perjalanan harus terhenti untuk selamanya
Kunjungan kecil menjadi pertemuan terakhirnya
Tapi semua sudah tercatat dalam ketetapan-Nya

Dia memang misteri dan akan selalu jadi rahasia
Dia tetap akan datang meski tanpa ada rencana
Tiada upacara sambutan maupun salam pembuka
Tiada pesan yang tersampaikan meski satu kata
Tapi tak ada yang bisa menghindar dari ketetapan-Nya

Dia memang misteri dan akan selalu jadi rahasia
Tak ada yang tahu hingga masa yang ditetapkan tiba


Pamulang, 14 April 2016
#mengenang sahabat yang telah tiada

#OneDayOnePost
#34

Thursday, March 24, 2016

Tentang Rindu dan Cinta


Kala hati ini merindu
Setiap kata terasa syahdu
Alunan nada seakan merayu
Melagukan perasaan yang kelu
Hadirkan suasana penuh haru biru

Kala hati ini semakin merindu
Setiap detik waktu hanya ada kamu
Jalinan mimpi hadir bersama bayangmu
Terus menari menghiasi waktu malamku
Menghadirkan kembali kenangan masa lalu
Menghidupkan kembali asa tuk bisa bertemu

Kala hati ini mencinta
Setiap kata terasa romansa
Alunan nada seakan bercerita
Melagukan perasaan yang bergelora
Hadirkan suasana penuh suka cita

Kala hati ini semakin mencinta
Setiap detik menjadi begitu bermakna
Kebersamaan menjadi candu bagi raga
Kesetiaan terpupuk bersama indah pesona
Kebahagiaan menjadi tujuan akhir berdua
Mewujudkan mimpi sempurna, surga dunia


Pamulang, 24 Maret 2016
*kala rindu dan cinta menyapa


#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#keepwriting
#19

Wednesday, March 16, 2016

Sahabat Senyap


Senyap
Rindu merayap
Tak pernah terungkap
Yang ada hanyalah ratap

Dimana sikap
Yang pernah hinggap
Bisakah kembali walau sekejap
Sebelum datang masa yang gelap

Tapi semua lenyap
Saat langit masih gemerlap
Telah sirna sebait untaian harap
Yang tersisa hanya mimpi sebelum lelap

Senyap
Aku terkesiap
Memandang penuh tatap
Pada tanya yang tak terjawab


Pamulang, 12 Maret 2016
*untuk sahabat dalam senyap


#OneDayOnePost
#keepwriting
#13

Friday, March 11, 2016

Taubat Sebelum Tamat


          Sampai kapan engkau akan berbuat maksiat
          Tidak adakah keinginanmu untuk bertaubat
          Waktumu di dunia ini hanyalah sesaat
          Jangan habiskan untuk sesuatu yang dilaknat

                    Sampai kapan engkau akan berbuat maksiat
                    Tidak adakah keinginanmu untuk bertaubat
                    Jangan hanya karena ingin dibilang moderat
                    Engkau ingkar dan menyimpang dari syariat

          Jika engkau ingin mendapat rasa hormat
          Tak perlu pikirkan harkat dan martabat
          Tapi mulailah berbuat sesuatu yang manfaat

                    Kelak akan tiba masa engkau berada di akhirat
                    Saat tak ada yang bisa engkau andalkan selain taat
                    Yang dengan bekal itu maka engkau akan selamat

          Jangan tunda lagi, segeralah engkau bertaubat
          Segera kembali ke jalan-Nya sebelum terlambat
          Sebelum malaikat maut datang mendekat
          Sebelum semua tentangmu berakhir dan tamat


Pamulang, 11 Maret 2016


#OneDayOnePost
#keepwriting
#10

Friday, March 4, 2016

Syukur Sabar Istighfar













Lafazkanlah syukur pada-Nya di pagi hari
Karena anugerah-Nya kau bisa bernafas lagi
Kau bisa menikmati segarnya udara pagi
Bisa melihat indah terbitnya sang mentari
Bisa mendengarkan kicauan burung nuri
Dan merasakan belaian mesra angin pagi

Perbanyaklah sabar pada-Nya di siang hari
Karena kasih-Nya kau bisa berkarya lagi
Meski air mata sesekali menghiasai
Meski keringat harus mengalir tiada henti
Air mata dan keringatmu akan menjadi saksi
Dan rasa lelahmu pasti akan diganti

Ucaplah istighfar pada-Nya di malam hari
Karena sayang-Nya kau masih bisa kembali
Dengan raga dan jiwa yang masih berfungsi
Walau langkahmu kadangkala terhenti
Dan liarnya akalmu seringkali mengingkari
Memohonlah agar kau tetap memiliki hati

#OneDayOnePost
#keepwriting
#5

Saturday, May 23, 2015

Aku dan Matematika (bagian 3)



Apa yang kau takutkan dengan angka

Jumlahnya tidak lebih banyak daripada aksara

Kalau kau bisa menguasai rangkaian aksara

Kau pasti mampu menaklukkan angka


               Jangan pernah ragu bermain-main dengan angka

               Semakin kau bermain-main dengan angka

               Kau akan semakin jatuh cinta

               Karena keindahannya melampaui cinta


Bersahabatlah lebih dekat dengan angka

Dengannya, kau akan mampu menguasai dunia




(Pamulang, 13 Maret 2015)

Tuesday, March 3, 2015

Aku dan Matematika (bagian 2)





Aku begitu suka akan angka
Hingga aku sering mereka-reka
Manakah yang lebih dulu kueja
Mungkinkah itu angka?


            Begitu sukanya aku akan angka
            Hingga terasa lebih indah mengutak-atik angka
            Daripada harus bersusah merangkai kata
            Meski tak selalu bisa kubaca


Bagiku angka telah menjadi sihir yang nyata
Dengan angka aku mampu berkuasa
Walau bukan di dunia nyata
Aku merasa seperti raja


(Pamulang, 9 Februari 2015)

Saturday, February 7, 2015

Aku dan Matematika (bagian 1)



Tadinya aku hanya mengenal angka
Angka yang seringkali membuatku terpana
Terpana akan keunikan dan semua yang ada di baliknya
Di baliknya aku menemukan mimpi dan rasa
Rasa yang tak bisa kuungkapkan dengan kata
Kata-kata yang semuanya terinspirasi dari angka

Angka Satu ...
Angka yang identik dengan yang pertama
Berdiri Sendiri, Maha Awal, Maha Esa, begitulah Tuhan mensifati diri-Nya

Angka Dua ...
Angka yang selalu penuh pesona
Sesuatu disebut pasangan, hanya jika jumlahnya ada dua

Angka Tiga ...
Angka yang cukup penting dan dipentingkan di dunia
Beberapa momen tidak dimulai kecuali pada hitungan ketiga

Angka Empat ...
Angka yang tidak ada angka lain yang bisa menyamainya
Empat bisa diperoleh dengan menambah sekaligus mengalikan dua angka yang sama

Angka Lima ...
Angka yang nominalnya sungguh istimewa
Perhitungan menjadi lebih mudah dengan melibatkan angka lima

Angka Enam ...
Angka yang harus ditulis dan dilihat dengan sebenar-benarnya
Tidak sedikit orang salah paham hanya karena tidak hati-hati dalam melihatnya

Angka Tujuh ...
Angka yang banyak disebut oleh Allah dalam kitab suci-Nya
Manusia pun mengkeramatkannya, sampai ada istilah "tujuh sumur" dan "tujuh rupa"

Angka Delapan ...
Angka yang sering diburu dan selalu menjadi idola
Ya, nilai delapan cukuplah membuat peraihnya merasa bangga atas usahanya

Angka Sembilan ...
Angka yang unik luar biasa dan nyaris sempurna
Dalam deretan angka tunggal, tidak ada angka yang lebih tinggi darinya

Angka Nol ...
Angka yang kadang tidak pasti dimana posisinya
Yang pasti, tanpa angka selain nol ada di depannya, nol bukanlah apa-apa



Pamulang, 7 Februari 2015